20 Apr 2016

Studi Kasus Teknologi di Bidang Transportasi

WHAT ?

A.   Latar belakang

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.  Di bidang teknologi pun berkembang pesat. Baik teknologi informasi, komunikasi, maupun transportasi. Sehingga orang dapat berhubungan melewati batas-batas Negara dan disamping itu terdapat pula dampak positif dan negatifnya. Lebih lanjut dampak positif dari perteknologian adalah :

1. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2. Produktivitas dunia kerja meningkat
3. Kemudahan akses informasi yang dinamis dan berkembang setiap harinya
4. Peningkatan mobilitas social maupun dari kalangan menengah dan
5. Meningkatkan lapangan pekerjaan dengan berbasis teknologi
6. Komunikasi yang lebih mudah dan praktis
7. Maupun kemajuan teknologi di bidang komunikasi, informasi, industry, transportasi dll.

            Tetapi, dari segala kelebihan tersebut teknologi juga mempunyai kekurangan dan dampak negatifnya, karena tidak selalu akan berjalan baik seperti halnya :

1. Penyalahgunaan informasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
2. Tidak terkontrolnya penggunaan teknologi, sehingga terjadi kemalasan dan pemborosan  
     Ekonomi
3. Pemanfaatan jasa komunikasi oleh para teroris
4. Cyber crime atau penyalahgunaan pemakaian teknologi di dunia maya (social media)
5. Melakukan tindakan kejahatan dengan teknologi-teknologi
6. Bertambahnya angka pengangguran karena mengalami culture lag atau ketidaksanggupan
    mengikuti perkembangan teknologi IPTEK

Karena itu pada masalah ini akan dibahas lebih lanjut dampak teknologi terhadap bidang transportasi.


B.    Pengaruh Perkembangan Teknologi terhadap Transportasi

Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, kemana kegiatan pengangkutan diakhiri. Peranan transportasi sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen
Teknologi transportasi itu sendiri adalah teknologi yang mampu mendukung pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara
Dan di zaman yang modern ini, perkembangan teknologi setiap harinya akan terus berkembang pesat seolah – olah manusia tidak akan pernah puas dengan hasil yang dicapainya. Ketika satu tujuan sudah terlaksanakan dengan baik, akan ada lagi inovasi yang terus berkembang demi tercapainya rasa kepuasan itu sendiri dan demi masyarakat banyak tentunya. Terutama pada bidang transportasi, yang pada dasarnya merupakan alat atau jasa kendaraan untuk berpergian kemanapun, dan ketika dipadukan dengan teknologi akan sangat bermanfaat dan lebih memudahkan pengguna konsumen tentunya dalam mengakses suatu kendaraan transportasi, seperti misalnya pada kendaraan taksi (BlueBird), GrabCar, Go-Jek, Uber dll. Dan setiap fasilitas kendaraan itupun memiliki kelebihan dan kekurangannya, apa jadinya jika dari salah satu pihak seperti taksi (BlueBird) tidak terima dengan inovasi dari teknologi tersebut (GrabCar dan Uber), dan malah menuntutnya ? dimana letak kesalahannya ? mari bahas lebih lanjut.

WHY ?

C.   Dampak Perkembangan Teknologi terhadap Transportasi

Pokok permasalahan

Lantas, mengapa fenomena tersebut terjadi ? Sebenarnya, terjadi perbedaan cara pandang di kedua pihak. Di pihak pengemudi taksi konvensional, mereka merasa dirugikan. Pertama, taksi konvensional terdaftar secara resmi di dinas perhubungan, sehingga berhak mendapat plat kuning, tanda angkutan umum sedangkan taksi berbasis aplikasi menggunakan kendaraan biasa,  yang bukan untuk angkutan umum. Kedua, dengan mereka resmi sebagai angkutan umum, mereka pun berkewajiban membayar pajak yang berbeda dengan pengguna plat hitam, plat kendaraan biasa, yang juga digunakan oleh taksi berbasis aplikasi. Ketiga, taksi konvensional menggunakan metode menunggu penumpang, sedangkan taksi berbasis aplikasi menjemput penumpang. Keempat, yang paling krusial, adalah perbedaan tarif, tarif taksi konvensional jika dibandingkan dengan tarif taksi berbasis aplikasi berbeda jauh. Terakhir, ini adalah masalah adaptasi terhadap teknologi yang diambil peluangnya oleh pengguna taksi berbasis aplikasi, dan belum digarap dengan baik oleh pihak pengelola taksi konvensional.

Modernisasi Teknologi

Modernisasi Seorang ahli sosiologi, Peter Barger mengemukakan ada empat karakeristik modernisasi. Antara lain :

Pertama, penurunan kondisi masyarakat kecil dan tradisional. Pada kasus ini, pihak yang disebut sebagai masyarakat tradisional adalah pengemudi taksi konvensional. Mereka menunggu penumpang, atau menunggu ditelepon oleh penumpang untuk dijemput di tempatnya. Padahal, masyarakat ibukota saat ini, sudah sangat terkoneksi dengan baik pada akses internet dan mulai meninggalkan penggunaan telepon 

Kedua, berkembangnya pilihan individu. Pada kasus ini, pilihan individu menjadi berkembang. Dengan munculnya aplikasi seperti Go-Jek, Uber, dan Grab, pilihan masyarakat untuk pergi menjadi lebih banyak. Tentunya, masyarakat akan melihat dari segi efektivitas dan efisiensi. Pilihan pun akhirnya jatuh kepada yang lebih murah dan mudah. Tarif yang ditawarkan lebih murah, sedangkan pengguna pun bebas mau dijemput dari mana saja.         

Ketiga, meningkatnya keragaman sosial. Pada kasus ini, keadaan sosial masyarakat berubah. Jika pada masa sebelumnya, dengan pilihan yang terbatas, masyarakat menggunakan kendaraan umum tersebut. Namun, dengan semakin bertambahnya pilihan, opsi yang dapat masyarakat pilih semakin beragam. Modernisasi akan membawa masyarakat pada pilihan yang rasional, tidak lagi berdasarkan gengsi operator taksi, namun lebih kepada kemudahan dan harga.    
    
Keempat, orientasi pada masa depan dan perhatian pada waktu. Dalam isu ini, terlihat bahwa masyarakat semakin peka terhadap arus informasi. Hal inilah yang ditangkap para inventor, yang kebanyakan anak muda, dengan memanfaatkan potensi yang ada. Potensi yang dilihat sebenarnya sederhana, dengan semua orang, khususnya eksekutif muda ibukota menggunakan telepon pintar, mereka pasti terhubung dengan internet. Internet pun menjadi solusinya. Apalagi sistem operasi telepon pintar dapat memfasilitasi untuk pembuatan aplikasi-aplikasi baru. Dibuatlah aplikasi yang terhubung dengan internet. Internet dipandang sebagai jawaban atas kebutuhan masa kini hingga beberapa waktu ke depan. Apalagi, dengan semua solusi yang dapat diraih hanya dengan sentuhan di telepon pintar, masalah waktu dapat teratasi.

Perubahan Sosial terhadap Teknologi Transportasi

Menurut seorang Sosiolog, Mascionis, terdapat empat karakter utama perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial terjadi sepanjang waktu. Pada masa lalu, transportasi umum yang paling laku adalah delman dan becak. Kemudian berkembang dengan adanya bajaj dan bus kota. Lalu, masyarakat mencari sesuatu yang lebih nyaman, muncullah taksi. Kini, masyarakat ibukota lebih mementingkan kecepatan seiring dengan kemacetan yang semakin parah, muncullah Go-Jek dan Grab. Ini sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, karena akan terjadi sepanjang waktu berdasarkan kondisi masyarakat.      
   
Kedua, perubahan sosial terkadang dapat diketahui, namun seringkali tidak direncanakan. Sebenarnya, munculnya angkutan umum berbasis aplikasi sudah dapat diprediksi dengan semakin meningkatnya pengguna telepon pintar. Namun demikian, ketika hal ini semakin masif terjadi seperti saat ini, perubahan menjadi tidak terencana. Pengemudi yang kurang tanggap pun pada akhirnya hanya bisa meluapkan kekesalannya dengan marah dan berdemonstrasi.     

Ketiga, perubahan sosial selalu kontroversial. Kasus ini menimbulkan kontroversi di masyarakat. Banyak kalangan yang mendukung taksi konvensional, namun tidak sedikit pula yang kontra. Pada masa lalu, sebenarnya bukan belum pernah terjadi yang semacam ini.
Keempat, suatu perubahan sosial lebih menonjol dibanding yang lainnya. Pada masalah ini, perubahan sosial dalam bidang transportasi terlihat menonjol. Padahal, hal ini disebabkan oleh revolusi informasi dan komunikasi. Perubahan besar dalam teknologi informasi dan komunikasi membuat banyak dampak. Salah satunya, di dalam transportasi umum.

HOW ?

D.   Cara Menyikapi terhadap Kesenjangan Teknologi Transportasi

Solusi

Kini, dengan adanya fenomena ini tidaklah bijak jika mencari pihak yang salah. Kalaupun ada pihak yang harus disalahkan, maka semua akan menjadi pantas untuk disalahkan. Mengapa? Pihak taksi konvensional salah karena tidak tanggap dengan perubahan zaman, belum lagi kesalahan dalam demonstrasi yang berujung anarki. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi salah juga karena tidak mengikuti peraturan yang berlaku, juga mereka tidak menyediakan harga yang berkeadilan dengan pesaing yang sudah lama ada. Pemerintah pun juga menjadi salah, karena tidak tanggap dalam melihat fenomena yang ada di masyarakat, dengan belum menyediakan peraturan yang dapat mengakomodir dan menertibkan konflik yang ada.       

             Maka, sebenarnya solusinya tinggalah jawaban dari kesalahan semua pihak ini. Pihak taksi konvensional sudah harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi, buatlah layanan yang sama dengan membuat aplikasi yang menarik. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi, sebaiknya menggunakan plat kuning, juga tidak memberikan harga yang terlampau jauh dengan yang sudah ada sehingga persaingan menjadi sehat. Pemerintah, sudah selayaknya membuat peraturan, dan memastikan bahwa persaingan yang ada terjadi secara sehat dan tidak ada ‘adu modal’ yang merupakan ciri kapitalisme dan bertentangan dengan ekonomi kerakyatan. Terakhir, masyarakat akan dengan mudah memilih dengan cerdas apa yang mereka hendak gunakan. Meski demikian, sudah sepatutnya ini membuka mata kita bahwa kita berada pada masa modernisasi yang membuahkan suatu perubahan sosial di masyarakat. Kalau urusan rezeki, tidak perlu dirisaukan. Karena jutaan orang pun mencari rezeki di ibukota kita tercinta. 

13 Apr 2016

Legenda Cerita Rakyat Sumatera Utara "Si Baroar"

Si Baroar adalah sebuah legenda yang mengisahkan tentang asalusul orangorang Mandailing yang bermarga Nasution di daerah Sumatra Utara, Indonesia.
Menurut cerita, si Baroar adalah anak yatim piatu yang berwajah tampan.
Ia memiliki wajah yang sangat mirip dengan wajah putra Sutan Pulungan, Raja dari Kerajaan Huta Bargot.

Kemiripan wajah kedua anak tersebut membuat Sutan Pulungan dan permaisurinya merasa sangat terhina, karena rakyatnya seringkali keliru menyapa kedua anak itu.
Ceritanya di Mandailing, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil yang bernama Huta Bargot.
Kerajaan tersebut terletak di seberang Sungai Batang Gadis. Rajanya yang bergelar Sutan Pulungan. Ia mempunyai seorang permaisuri dan putra yang masih bayi.
Di selasela kesibukannya mengurus kerajaan, Sutan Pulungan sering meluangkan waktu pergi ke tengah hutan untuk berburu rusa.

Pada suatu hari, Sutan Pulungan bersama beberapa orang hulubalang dan prajuritnya berburu rusa di sebuah hutan lebat.
Sutan Pulungan membawa anjing pemburu kesayangannya yang sangat pintar dan tangkas bernama Sipamutung. Ketika mereka sampai di tengah hutan, Sipamutung tibatiba berlari kencang menuju ke suatu tempat.

Tak berapa lama kemudian, ia pun terdengar menyalak dengan serunya.
Mendengar salakan anjing kesayangannya tersebut, Sutan Pulungan segera memerintahkan prajuritnya pergi ke tempat Sipamutung menyalak.
“Prajurit! Cepatlah kalian susul si Pamutung! Aku yakin dia pasti menemukan rusa!” seru Sutan Pulungan kepada prajuritnya.
Mendengar perintah itu, beberapa orang prajurit segera berlari ke tempat Sipamutung menyalak.
Setibanya di tempat itu, mereka melihat sebuah banyangan perempuan berkelebat lari dari bawah sebatang pohon beringin besar.
Sementara Sipamutung masih terus menyalak. Ketika para prajurit tersebut mendekat dan memeriksa ke bawah pohon itu, tampaklah seorang bayi lakilaki tampan terbaring di atas sebuah batu besar.
Tak berapa lama kemudian, Sutan Pulungan pun tiba di tempat itu. “Hai, Prajurit! Mana rusa itu?” tanya Sutan Pulungan.
“Ampun, Baginda! Ternyata Sipamutang menyalak bukan karena menemukan rusa, tapi seorang bayi,” jawab seorang prajurit.
“Apa katamu? Seorang bayi?” tanya Sutan Pulungan terkejut seraya mendekati bayi tersebut. “Siapa yang meletakkan bayi di atas batu ini?” Sutan Pulungan kembali bertanya.
“Ampun, Baginda! Hamba juga tidak tahu. Tapi, saat baru tiba, hamba dan prajurit lainnya melihat seorang perempuan berkelebat dengan sangat cepat meninggalkan tempat ini,” jawab seorang prajurit lainnya. Mendengar penjelasan prajurit tersebut, Sutan Pulungan pun yakin bahwa bayi itu sengaja dibuang oleh orang tuanya.

Akhirnya, ia bersama rombongannya memutuskan untuk berhenti berburu dan segera membawa pulang bayi malang itu. Setibanya di Negeri Huta Bargot, Sutan Pulungan menyerahkan bayi itu kepada seorang janda tua bernama si Saua, yang sejak lama mendambakan seorang anak.
“Terima kasih, Baginda! Hamba akan merawat bayi ini seperti anak kandung hamba sendiri,” ucap janda tua itu dengan senang hati.
Setiap kali pergi bekerja ke sawah, perempuan tua itu meletakkan bayi tersebut di dalam baroar, yakni kandang anjing. Oleh karena itu, orangorang pun menamakan anak itu si Baroar.
Waktu terus berjalan. Si Baroar telah berusia lima tahun dengan wajah yang sangat tampan.
Namun anehnya, wajah dan perawakan si Baroar sangat mirip dengan putra Sutan Pulungan, sehingga orang orang di sekitarnya tidak dapat lagi membedakan keduanya.

Orangorang sering keliru menyapa ketika bertemu dengan salah seorang dari kedua anak tersebut.
Jika si Baroar berjalanjalan sendirian, orangorang yang bertemu dengannya selalu memberi hormat kepadanya dan menyapanya seperti menyapa putra Sutan Pulungan.
Tetapi sebaliknya, jika bertemu dengan putra Sutan Pulungan, mereka memperlakukannya seperti anak orang kebanyakan.
Saat mengetahui putranya sering mendapat perlakuan demikian dari orangorang di sekitarnya, Sutan Pulungan dan permaisurinya merasa sangat terhina.
Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membunuh si Baroar secara rahasia agar tidak diketahui oleh orang banyak.

Pada suatu hari, Sutan Pulungan mengumpulkan seluruh pembesar kerajaan untuk menyusun rencana pembunuhan rahasia tersebut.
Dalam sidang tersebut, ia memerintahkan kepada pembesarnya agar segera menyelenggarakan upacara adat Sopo Godang, yakni upacara penggantian tiang besar balai sidang yang sudah lapuk. Sutan Pulungan akan menyelenggarakan upacara adat tersebut secara besarbesaran di istana Kerajaan Huta Bargot, karena ia ingin memanfaatkan keramaian itu untuk menutupi perbuatannya membunuh si Baroar.
“Bagaimana caranya kami membunuh si Baroar, Baginda?” tanya seorang hulubalang.
“Sebelum memasukkan tiang pengganti ke dalam lubang tempat menanamnya, terlebih dahulu kalian harus menjatuhkan si Baroar ke dalam lubang tersebut, dan menimpanya dengan tiang pengganti,” jelas Sutan Pulungan.
Sutan Pulungan juga memerintahkan kepada seorang hulubalang untuk memberi tanda silang pada kening si Baroar dengan kapur sirih.
“Ampun, Baginda! Kenapa si Baroar harus diberi tanda silang?” tanya hulubalang lainnya ingin tahu. “Maksudnya adalah agar kalian bisa membedakan secara pasti yang mana si Baroar dan yang mana pula putraku, sehingga kalian tidak keliru membunuh si Boroar,” jelas Sutan Pulungan.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, para pembesar kerajaan segera menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam upacara Sopo Godang tersebut. Begitu pula hulubalang yang telah ditunjuk oleh sang Raja segera mencari si Baroar untuk memberi tanda silang pada keningnya.

Pada hari yang telah ditentukan, upacara adat itu segara akan dilaksanakan. Seluruh rakyat negeri yang akan mengikuti upacara adat tersebut telah berkumpul di halaman istana. Dalam upacara tersebut Sutan Pulungan juga menyelenggarakan berbagai atraksi dan pertunjukan seni.
Hal ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian para warga yang hadir agar para hulubalang dapat melaksanakan tugas untuk membunuh si Baroar tanpa sepengetahuan mereka.
Ketika para warga sedang asyik bersuka ria, para hulubalang pun menyiapkan tiang untuk dimasukkan ke dalam lubang. Kebetulan saat itu, mereka melihat si Baroar yang sudah diberi tanda di keningnya sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Secara sembunyisembunyi, mereka segera menangkap dan menjatuhkan si Baroar ke dalam lubang, kemudian menimpanya dengan tiang besar.
Tak seorang pun yang mengetahui perbuatan mereka, karena para warga sedang asyik bersuka ria.
Para hulu balang pun merasa lega dan gembira, karena berhasil menjalankan tugas dengan lancar.
Demikian pula yang dirasakan oleh Sutan Pulungan, karena si Baroar yang selalu membuatnya terhina telah mati.

Namun, sejak acara tersebut dilaksanakan, putra Sutan Pulungan tidak pernah lagi terlihat di istana. Seluruh keluarga istana menjadi panik dan segera mencari putra Sutan Pulungan.
Mereka telah mencarinya di sekitar istana, namun mereka tetap tidak menemukannya. Sutan Pulung pun mulai cemas, janganjangan para hulubalangnya keliru dalam menjalankan tugas.
Untuk itu, ia pun segera mengutus seorang hulubalang pergi ke rumah si Saua untuk melihat apakah si Baroar masih bersamanya.

Ternyata benar. Sesampainya di sana, utusan melihat si Baroar sedang membelah kayu bakar bersama si Saua. Ia pun segera kembali ke istana untuk melaporkan hal itu kepada sang Raja.
“Ampun, Baginda! Ternyata si Baroar masih hidup. Ia masih bersama janda tua itu,” lapor utusan itu. Mendengar laporan itu, Sutan Pulungan langsung naik pitam. Ia sangat marah kepada para hulubalangnya yang telah keliru menjalankan tugasnya.
“Hai, para Hulubalang! Kalian telah salah membunuh. Anak yang kalian masukkan ke dalam lubang itu adalah putraku, bukan si Baroar!” seru Sutan Pulungan dengan wajah memerah.
Rupanya kekeliruan itu bermula beberapa saat sebelum upacara adat tersebut dilaksanakan. Putra Sutan Pulungan melihat tanda silang pada kening si Baroar. Karena ingin seperti si Baroar, ia pun menyuruh seseorang untuk membuat tanda yang serupa di keningnya. Kemudian ia pergi ke tengah keramaian upacara, dan pada saat itulah para hulubalang menangkapnya secara sembunyisembunyi, lalu memasukkannya ke dalam lubang.
Sutan Pulungan yang telah kehilangan putranya segera memerintahkan tiga orang hulubalangnya untuk membunuh si Baroar. Ketiga hulubalang itu pun segera menuju ke rumah si Baroar dengan pedang terhunus. Saat tiba di sana, mereka tidak menemukan si Baroar dan si Saua.
Rupanya, ada orang yang mengetahui rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh para hulubalang tersebut terhadap si Baroar.
Orang itu pun memberitahu si Saua agar segera menyelamatkan si Baroar. Jadi, sebelum para hulubalang tersebut tiba di rumahnya, si Saua telah membawa lari si Baroar ke daerah persawahan yang sedang menguning padinya, tak jauh dari tepi Sungai Batang Gadis.
Ketika sampai di daerah persawahan, si Saua mengajak si Baroar untuk bersembunyi di sebuah gubuk yang atapnya hanya tinggal rangkanya yang berdiri di tengah sawah.
Sebab, ia yakin bahwa para hulubalang tersebut pasti akan mengejar dan mendapati mereka sebelum tiba di tepi sungai.

“Anakku! Kita bersembunyi di sini saja! Kalau kita terus berlari, mereka pasti akan menangkap kita, karena mereka bisa berlari dengan cepat!” ujar si Saua seraya merangkul tubuh si Baroar. Para hulubalang tersebut tibatiba kehilangan jejak.
Saat melihat sebuah gubuk di tengah sawah, mereka pun mendekatinya. Ketika sampai di dekat gubuk itu, langkah mereka tibatiba terhenti.
Si Saua dan si Baroar pun semakin ketakutan, karena mengira para hulubalang tersebut mengetahui keberadaan mereka. Namun ternyata, para hulubalang tersebut berhenti melangkah, karena melihat ada seekor burung balam sedang bertengger di puncak kerangka atap gubuk itu sambil terus berkicau.
“Ayo kawankawan kita cari mereka di tempat lain! Untuk apa kita cari di si janda tua dan si Baroar di gubuk itu.
Kalau mereka bersembunyi di situ, tidak mungkin burung balam itu bertengger di atas sana!” seru hulubalang yang memimpin pengejaran itu.
Setelah para hulubalang tersebut cukup jauh dari gubuk itu, si Saua dan si Baroar keluar dari gubuk itu dan berlari menuju ke arah Sungai Batang Gadis. Namun sialnya, para hulubalang melihat mereka lagi.
“Hai, itu mereka! Ayo kita kejar!” seru pemimpin hulubalang.
Si Saua dan si Baroar pun berlari semakin cepat. Ketika mereka tiba di tepi sungai, ternyata Sungai Batang Gadis sedang banjir besar, sehingga mereka tidak dapat menyeberang.
Sementara para hulubalang yang mengejarnya semakin dekat. Mereka tidak dapat berbuat apaapa lagi. Dalam keadaan nyawa terancam, si Saua segera bersujud ke tanah memohon pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa. Ya Tuhan! Selamatkanlah nyawa kami! ucap si Saua.
Ketika mengangkat kepalanya kembali, si Saua melihat sebatang kayu besar yang amat panjang hanyut melintang di tengah sungai. Anehnya, kayu besar itu berhenti tepat di hadapan mereka dalam keadaan melintang sampai ke seberang.
Tanpa berpikir panjang dan merasa takut sedikitpun, janda tua itu dan si Baroar segera meniti kayu besar itu. Begitu tiba di seberang sungai, kayu besar itu kembali hanyut terbawa arus banjir. Para hulubalang yang baru tiba di tepi sungai tak dapat lagi mengejar mereka. Akhirnya, si Saua dan si Baroar selamat dari kematian.
Konon, beberapa tahun kemudian, di seberang Sungai Batang Gadis tersebut berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Panyabungan TongaTonga yang dipimpin oleh si Baroar bersama permaisurinya. Keturunannya kemudian dikenal sebagai orangorang Mandailing yang bermarga Nasution.
* * *

Review :
Menurut masyarakat penutur cerita ini, cerita Si Baroar termasuk katogeri legenda mengenai asalusul orangorang Mandailing yang bermarga Nasution. Hingga saat ini tempat yang bernama Huto Bargot dan Panyabungan TongaTonga tersebut menjadi nama dua desa di Mandailing. Di Desa Panyabungan TongaTonga terdapat sebuah makam tua yang dipercaya sebagai makam si Baroar.

Hikmah yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa seseorang yang berniat jahat kepada orang yang tak bersalah, maka dia sendiri yang akan tertimpa musibah. Hal ini terjadi oleh perilaku Sutan Pulungan yang telah berusaha untuk membunuh si Baroar, akan tetapi putranya sendiri yang terbunuh.