12 Jun 2016

Perjalanan ke Mars


Sampai saat ini, belum ada manusia yang bisa mendarat di Mars, mengapa ?

Padahal Bulan saja sudah pernah didatangi manusia dan Mars adalah satu-satunya planet yang sudah banyak diteliti oleh para ilmuwan dunia. Tahun 1961 menjadi puncak pengetahuan tentang terbukanya jagad raya yang dapat diakses oleh manusia. Perjalanan yang diawali oleh Yuri Gagarin dari Rusia seperti membawa angin segar bagi ilmu 

astronomi. Delapan tahun berselang setelah manusia pertama berhasil dikirim ke luar angkasa, manusia pertama pun berhasil menginjakkan kakinya di Bulan, Neil Armstrong. Lalu yang menjadi pertanyaan kemudian, setelah 49 tahun pendaratan manusia di Bulan, kenapa sampai pada hari ini manusia belum mampu menginjakkan kakinya di Mars?

Dilansir brilio.net dari armaghplanet.com, Sabtu (9/5), Mars menjadi planet yang paling banyak diteliti oleh para ilmuwan, mulai dari pergerakannya hingga potensi kehidupan yang ada di sana. National Aeronautics and Space Administration (NASA) bahkan telah mengirimkan beberapa pesawat tanpa awak untuk meneliti permukaan yang terjadi di Mars. Namun sampai hari ini para astronomi belum berani untuk melakukan perjalanan ke planet yang jaraknya 225.3000.000 km dari bumi. NASA pun belum membicarakan perihal perjalanan menuju planet merah itu.

Alasan utama yang membuat para astronomi masih berpikir panjang untuk mendarat di Mars adalah kondisi gravitasi yang ada di planet tersebut. Untuk mendarat di Bulan, NASA telah menganalisis gravitasi di bulan adalah 1/6 dari gravitasi di bumi. Setelah dilakukan penelitian dan analisis ternyata gravitasi di Mars 2,2 kali dari gravitasi di bulan, saat manusia berada pada gravitasi rendah tersebut secara otomatis tubuh manusia akan tumbang dan tidak dapat bergerak. Waduh Butuh waktu sembilan bulan untuk melakukan perjalanan dari Bumi menuju Mars dan tentunya itu bukanlah hal yang mudah. Perjalanan sembilan bulan di luar angkasa tidak sama dengan sembilan bulan di Bumi. Melakukan perjalanan sembilan bulan di luar angkasa sangat berisiko pada kesehatan astronot, hal ini dikarenakan makanan yang dikonsumsi astronot hanya berupa gel dan jika melakukan perjalanan lama dan mengomsumsi makanan tersebut, dapat dipastikan astronot akan kehilangan nafsu makannya dan ketika tiba di Mars tubuhnya malah sudah tidak bisa diselamatkan. Nah, jika demikian usaha perjalanan menjadi sia-sia.

Kondisi atmosfer juga menjadi salah satu faktor yang menghalangi perjalanan manusia ke Mars. Permukaan Mars didominasi dengan karbondioksida (CO2) yang merupakan racun utama bagi tubuh manusia. Tantangan CO2 ini menjadi tantangan utama, sebab suplai udara yang dibawa oleh astronot tidak dapat bertahan lama. Meski sampai detik ini pendaratan di Mars adalah hal yang membahayakan, NASA masih saja melakukan berbagai upaya untuk tetap membuktikan jika manusia bisa hidup di Mars. Ya, semoga saja ya.
Dulu mendarat di Bulan dianggap mustahil, bisa jadi mendarat di Mars yang hari ini mustahil akan menjadi nyata nantinya.

Seberapa jauhkah jarak tempuh Mars dari Bumi ?

Kita tahu planet-planet yang ada di ruang angkasa memiliki jarak yang jauh dari Bumi. Namun, banyak orang yang belum tahu, berapa jarak dan waktu tempuh untuk mencapai Planet Mars.
Meskipun jarak Bumi dan Mars sangat jauh, tapi beberapa misi luar angkasa yang mengirimkan robot sampai ke Mars telah sukses. Bagaimana jika kita mulai membayangkan perjalanan ke Planet Merah itu dengan jalur lurus dari Bumi dengan kecepatan 7.000 piksel per detik, atau sekitar tiga kali kecepatan cahaya. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana? Saat ini, banyak yang memperkirakan jarak Bumi dan Mars adalah 40 juta mil, atau sekitar 56 juta kilometer. Artinya, jarak keduanya sekitar 170 kali jarak Bumi ke bulan.

Namun, berdasarkan hitungan dari David Paliwoda dan Jesse Williams, yang dipublikasikan di laman Distancetomars, Bumi dan Mars berada pada sisi berlawanan dan dipisahkan oleh Matahari.
Sekarang ini, jarak Bumi dan Mars adalah 225 juta mil, atau sekitar 362 juta kilometer.

Tetapi, dari spekulasi tersebut sudah bukanlah hal yang mustahil lagi untuk manusia bias pergi ke Mars, karena di zaman yang sudah serba modern ini, manusia terus menerus berinovasi dengan teknologinya/ Seperti lembaga NASA yang baru-baru ini menyatakan bahwa akan membuat perjalanan ke planet Mars menjadi lebih singkat dari yang seharusnya.

NASA bakal buat perjalanan ke planet Mars lebih singkat, bagaimana ?

Administrator NASA, Charlie Bolden, baru-baru ini mengungkap rencananya untuk pengembangan teknologi terbaru. Teknologi tersebut diklaim dapat mempersingkat waktu transportasi para astronot ke planet Mars.

Bolden menjelaskan bahwa untuk membawa astronot ke planet Mars, butuh beberapa pertimbangan khusus yang harus dimatangkan terlebih dahulu.
Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa pengiriman astronot ke planet Mars tidaklah semudah seperti pengiriman astronot ke bulan. Setidaknya dibutuhkan keahlian spesifik dan juga teknologi tenaga pendorong canggih seperti mesin tenaga surya-listrik dan roket nuklir.

"Sekarang ini adalah misi dengan perjalanan delapan bulan, kami ingin berencana memotongnya menjadi setengah." tutur Bolden di sebuah kunjungan pabrik Aerojet Rocketdyne di Canoga Park, California, sebagaimana dikutip dari laman Mashable, Jumat (5/6/2015). Selain itu, menurut pernyataan para pejabat NASA, dukungan teknologi tenaga pendorong yang super cepat juga akan membantu membuat batas paparan radiasi astronot selama perjalanan ke planet Mars dan juga bisa mengurangi jumlah konsumi air, makanan, dan hal lainnya yang sangat dibutuhkan dalam misi ini.

Bolden kemudian melanjutkan pembahasan sistem tenaga pendorong surya-listrik yang sedang dikembangkan NASA pada saat konferensi pers yang diadakan di kunjungan pabrik Aerojet bersama CEO Aerojet, Scott Seymour serta Wakil President Advanced Space & Launch Systems Aerojet, Julie Van Kleeck.

"Kami sekarang berusaha untuk mendapatkan tingkat daya tang lebih tinggi. Kira-kira itulah langkah berikutnya yang harus dilakukan," ungkap Seymour tentang mesin 5 kilowatt Aerojet yang saat ini sedang dikembangkan untuk misi robot NASA.


"Lima belas kilowatt sepertinya akan menjadi langkah berikutnya. Kami juga berencana untuk mengembangkan mulai dari 50 sampai 100 kilowatt dalam jangka panjang untuk ke depannya," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar